Rabu, 09 Maret 2016

Muzium Kesenian Islam Malaysia

Destinasi kami selanjutnya ke Malaysia. Dari Bangkok kami naik pesawat Malindo. Sekitar 1 jam perjalanan dari Bangkok ke Kuala Lumpur.
Setiba di Kuala Lumpur, kami naik kereta api menuju Kuala Lumpur Sentral. Kuala Lumpur Sentral ini mulai digunakan sejak tahun 2001, dan dinobatkan sebagai Stasiun kereta api terbesar di Asia Tenggara. Dari station central kami naik taksi menuju China Town, tempat kami menginap. Kami menginap di Hotel Pacific Express, yang berada di jalan Hang Kasturi, Kuala Lumpur.


China Town tempat yang menarik, dekat dengan Kuala Lumpur City Centre (KLCC) Menara Kembar Petronas. Di seputaran China Town ini kita bisa jalan-jalan sambil belanja di Petaling Street, juga dengan Central Market atau Pasar Seni, di sini kita bisa belanja, barang seni dan kerajinan, juga oleh-oleh.

Target kami memang bukan Kuala Lumpur, destinasi kami ada dua spot, yaitu Muzium Kesenian Islam, dan Melaka. Sebelum menuju Muzium Kesenian Islam, kami menyempatkan diri sarapan di Kampung Bharu, tempat kuliner khas Malaysia. Dan pagi itu kami makan nasi lemak di warung Wak Wanjor. Selama seminggu perjalanan, baru pagi itu kami makan enak, maksudnya yang sesuai dengan selera dan sesuai di lidah.




Muzium Kesenian Islam Malaysia (Islamic Arts Museum Malaysia), merupakan musium yang diinisiasi secara pribadi oleh Syed Mohamad Albukhary. Dalam musium ini tersimpan 7.000 artefak yang dikumpulkan dari China, Maroko, Turki, Iran, India dan negara-negara lain. Di musium ini tersimpan koleksi benda-benda peninggalan sejarah Islam dari seluruh dunia, juga ada replika masjid-masjid terindah dari seluruh dunia. Ada pula produk tekstil dari berbagai penjuru negara muslim. Baju zirah, senjata, dan kitab-kitab kuno. Musium terdiri dari tiga lantai. Sangat menyenangkan berada di musium ini, kita seperti diajak masuk ke abad kegemilangan Islam (meski hal itu menyiratkan kesedihan, mengapa Indonesia --negeri dengan penduduk muslim terbesar-- tak memiliki musium semacam itu). 




Sebenarnya Haji Mas Agung, sekitar tahun 80-an pernah menggagas "musium" semacam itu. Saya ingat sekitar tahun 1987, di Toko Buku Mas Agung jalan Adi Sucipto Jogja, depan kampus UIN, pernah diadakan pameran sejarah Islam. Tapi entah bagaimana sekarang nasib rintisan Haji Mas Agung itu.
Di lantai bawah, atau lantai G, ada Muzium Shop, kita bisa membeli pernak-pernik yang disediakan. Saya sempatkan membeli kaos bertuliskan Muzium Islam Malaysia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar