Sabtu, 12 Maret 2016

Melaka, Melayu Sesungguhnya

Agenda Gengk Hedon selanjutnya mengunjungi Melaka, kota tua yang di Indonesia nama itu selalu tertulis dalam buku-buku pelajaran sekolah. Melaka selalu dikaitkan dengan kerajaan Melayu pertama, juga dengan Selat Malaka yang jadi perlintasan strategis serta paling sibuk di dunia. Melaka, beberapa tahun terakhir juga sering jadi pemberitaan karena banyaknya perompak. Dan bagi orang Indonesia yang berduit, Melaka sering jadi tujuan berobat, ya dimana lagi kalau bukan di RS Mahkota.
Nama Sultan Mudzafar Syah begitu melegenda, dan disebut sebagai masa kejayaan Melaka. Meski Melaka sendiri didirikan oleh Prameswara pada awal abad 15. Melaka yang berada di wilayah strategis, menjadi incaran berbagai bangsa, termasuk Majapahit. Bangsa Portugis, Inggris, dan Belanda juga pernah menduduki Melaka. Rentetan sejarah yang panjang itu, akan tercermin di musium yang ada di Melaka. Ada belasan musium yang dapat dijadikan destinasi wisata sejarah. Mengunjungi musium-musium itu membuat kita mampu membaca masa lalu. Selain di kawasan Stadhuys atau juga disebut Red Square (karena semua gedung di kawasan ini berwarna merah), Melaka juga mempunyai kawasan yang lekat dengan sejarah (mitos?) Hang Tuah.
Dari Kuala Lumpur, kami ke Melaka naik mobil pribadi, pinjaman seorang kawan. Perlu waktu 3 jam perjalanan, dengan sekali berhenti untuk minum kopi dan merokok, ke Melaka. Begitu masuk Bandar Melaka, kami menuju jalan Dataran Pahlawan, letaknya bersambungan dengan Stadhuys. Begitu masuk ke wilayah Stadhuys yang serba merah, dengan bangunan kuno yang terjaga apik dan rapi, akan mengingatkan kita pada kota tua di Jakarta, atau kawasan Pecinan di dekat Benteng Marlborough, Bengkulu. Dan ternyata antara Bengkulu dan Melaka punya kaitan historis. Saat Melaka dikuasai Belanda dilakukan pertukaran daerah pendudukan antara Belanda dan Inggris. Inggris menukar Bengkulu dan mendapat Melaka. Sedang Belanda akhirnya menguasai Bengkulu. Maka itu memandang Melaka mengingatkan saya pada daerah Pecinan atau biasa disebut Kampung China, Benteng Marlborugh, dan Pantai Panjang, Bengkulu.

Begitu memasuki Stadhuys, mobil kami berheni di Melaka City, kawasan ini sejak 7 Juli 2008 dinobatkan oleh Unesco sebagai World Heritage Site. 
Dari tempat kami berhenti langsung terlihat secara mencolok Jam Menara Stadhuys. Jam Menara ini dibangun oleh Gubernur Jendral Belanda tahun 1650.
Bersebelahan dengan menara Jam, terlihat bangunan Christ Curch Melaka. Di bawah tulisan Christ Church Melaka tertulis tahun pendiriannya 1753. Gereja yang semula bernama Dutch Reformed Church ini dibangun oleh penjajah Belanda. 40 tahun kemudian, tepatnya 1795 gereja itu diambil alih oleh Inggris dan namanya berganti menjadi Anglican Church. Dan gereja ini menjadi gereja tertua di Malaysia.
Di Samping gereja berdiri Musium Sejarah dan Etnografi Belanda. Bisa disebut inilah musium yang secara lengkap menggambarkan sejarah Melaka. 



 Di belakang Musium Sejarah dan Etnografi Melaka, ada Musium Ceng Ho, di dekat musium itu juga ada Mobil Pemadam Kebakaran lama.
Masih ada lagi musium Sastra, Musium Kerajaan Melaka, Musium Kemerdekaan, dan berbagai musium lain. Dalam tulisan berikutnya akan kita bahas satu persatu musium itu.
Buat anda yang hobi wisata sejarah, tak cukup waktu satu hari mengunjungi Melaka. Sebenarnya kami masih ingin berlama-lama di Melaka, tapi karena jadwal penerbangan kami pulang ke Indonesia keesokan harinya, maka kami harus berpacu dengan waktu mengunjungi berbagai musium itu, dan juga mengujungi tanah Hang Tuah.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar