Rabu, 24 Februari 2016

Its My Life

Lagu Bon Jovi berjudul Its My Life kencang terdengar saat hidangan makan malam yang kami pesan, sea food, terhidang di meja. Ya... its my life atau its we life karena kami pergi berlima ke Bangkok.
Perjalanan dari Jakarta ke Bangkok sekitar 3 jam dengan Airasia. Dari Bandara Don Muang kami pesan taksi bandara, dengan tarif 800 bath (kurang dari 320 ribu rupiah) menuju kawasan Khaosan Road. Kawasan ini sering disebut surganya backpacker. Banyak hotel, hostel, guest house di sini. Dan kami memilih menginap di New Siam II Hostel.
Begitu masuk hotel, kami langsung menyalakan wifi yang disediakan hostel dengan tarif 75 bath untuk 1 pesawat selama 3 hari. Biasalah.... kasih kabar ke keluarga, saudara, kawan, tetangga, dan orang yang kami kenal ataupun orang yang mengenal kami. Its My Life... kami sudah di Bangkok.
Hanya sebentar di kamar, kami segera ingin menikmati suasana malam di Khaosan Road. Bersama sang doktor yang sudah menunggu di hotel, kami menyusuri kehidupan Khaosan Road di malam hari. Bukan kehidupan malam loh...
Ya kawasan Khaosan ini lebih mirip dengan Malioboro plus Pawirotaman. Di kanan kiri jalan banyak warung makan, pedagang kaki lima yang menjual aneka makanan atau kerajinan. Bising musik, karena hampir tiap warung makan menyediakan live music. Its my life, nikmati saja suasana ini. Meski kalau di Jogja belum tentu lima tahun sekali kami menginjakkan kaki di Malioboro....
Tengok kanan tengok kiri, ibarat turis menikmati segala situasi. Jepret sana jepret sini seperti jurnalis foto yang tidak profesional.
Berusaha mencari sim card agar kami bisa online, tapi dari sekian banyak gerai 7eleven, tak satupun yang menyediakan simcard untuk akses internet.
Hmmmm tentu kami harus segera mencicipi sesuatu yang Bangkok.... tak mungkin lidah kami biarkan untuk tidak segera merasakan kehadiran diri kami di Bangkok. Banyak camilan, buah-buah segar utuh atau sudah dipotong-potong. Ada juga yang menjual kalajengking goreng, jangkrik goreng, belalang, dan macam-macam binatang aneh lain. Kami lebih memilih yang aman saja, coconut ice cream. Beli dari pedagang kaki lima, seharga 50 bath, kurang dari 20 ribu rupiah. Coconut ice cream ini : kelapa muda dibelah, dikerok dagingnya, lalu diberi es cream, coklat dan taburan kacang. Hmmm lumayan enak. Saya nilai 6.
Kami terus berjalan menyusuri lorong yang padat pejalan kaki. Hingga ujung jalan. Lalu kembali menyusuri jalan yang telah kami lalui. Kali ini targetnya mengisi perut yang mulai "bernyanyi". Kami memilih makan sea food, lebih 'aman'. Cukup lama hidangan pesanan tersaji. Tapi bagi kami tak mengapa, bisa foto-foto 'pemandangan'. Makan ikan, udang galah, ca kangkung, dan masakan daging sapi untuk berlima, dihargai 820 Bath.. sekitar 350 ribu... samalah dengan harga di Jakarta. Hehehe ini backpacker elit kali ya. Untuk menu makanan, saya beri nilai 6
Setelah kenyang, kami kembali pulang ke hotel. Sebelum sampai hotel, langkah kami yang mulai lelah ini terhenti karena pesona alunan musik yang rancak. Rupanya seorang musisi tradisional, dengan alat musik tradisional sedang menunjukkan kebolehannya. Seperti gendang tapi terbuat dari logam, juga mirip gong.
Sang musisi asyik bermain, dan kami asyik mendengarkan.
Hari pertama di Bangkok, cukuplah, sekedar mengetahui kondisi Bangkok.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar