Kamis, 25 Februari 2016

Grand Palace

Hari kedua di Bangkok, kami mengawali dengan melihat kampus Tamshat University, Bangkok. Letaknya tidak jauh dari hotel tempat kami menginap. Berjalan kaki sambil selfie. Tepat di samping kiri sebelum pintu gerbang universitas Tamashat, ada warung kecil yang menarik perhatian kami, tertulis "OK Star Bung Coffee" hahaha anda merasa kenal tapi aneh? Bukan Star Buck.
Di Thamasat, melihat bangunan kampus itu, mengingatkan kami pada kampus-kampus di Jogja, tidak banyak berbeda. Lalu kami ke kantin yang posisinya di tengah, antara kampus dan sungai Chao Praya, sungai yang membelah Bangkok. Di tempat ini ada satu warung yang menjual menu halal. Kami memilih menu makanan yang mirip pempek, entah nama aslinya. Warung ini layak kami beri nilai 8, bersih, murah, taste nya sesuai di lidah. Sehabis makan, menikmati pemandangan sungai sambil foto dan selfie.
Sebatang rokok cukup untuk mengantar kami berjalan menuju Grand Palace, meju wajib semua turis.
Grand Palace didirikan pada periode Rattanakosin tahun 1782 oleh Raja Taksin. Kompleks kerajaan ini memiliki luas 218.000 meter. Bisa dibayangkan kalau ingin keliling seluruh bangunan yang ada di komplek. Tapi Anda tak akan merasa capek, karena banyak pemandangan indah dan segar yang akan memanjakan mata dan hati atau pikiran..... halah bahasanya bertele-tele.
Masuk ke komplek Grand Palace tidak boleh memakai celana pendek bagi laki-laki....Bukan sesuatu yang aneh, di Imogiri Jogja sama saja, tidak boleh pakai celana pendek. Memang tidak salah Grand Palace jadi tujuan utama, karena memang tempat ini indah, pengerjaan ornamen dan hiasan yang ada di istana ini sangat detail. Suatu saat akan kita bahas sendiri.
Lebih dari 4 jam kami berkeliling. Di beberapa spot anda dilarang memotret, ada penjaga yang selalu memelototi gerak-gerik anda, juga ada cctv. Kecuali kalau anda jago candid... hahaha ada triknya untuk mengambil gambar di tempat terlarang itu. Grand Palace saya beri nilai 8.
Dari Grand Palace kami makan dulu di Taj Maharaj. Tempat ini nyaman untuk istirahat dan makan siang. Kami memilih makan kebab. Penjualnya orang Pakistan, cukup ramah. Rasa kebabnya familiar. Saya menilainya 7.
Dari Taj Maharaj, kami akan menuju Wat Arun naik perahu. Sebenarnya lokasi Wat Arun tidak jauh dari Taj Mahàraj, tapi karena di Thailand ini sangat sulit menemukan orang yang bisa bahasa Inggris. Bahasa inggrisnya patah-patah dicampur dengan bahasa Thailand.... Tour tanpa tersesat kurang seru. Tersesat itu bagian dari tour.
Sayang candi di Wat Arun sedang dibangun, jadi kami tidak bisa menikmati naik candi.... Meski kalau dibuka, belum tentu juga kita akan naik, kaki sudah gempor keliling Grand Palace😀😀. Di antara Taj Maharaj dan Wat Arun kami sempat berhenti di Wat Prank, patung Budha Tidur... Sayup-sayup kita dengar "pengajian" seperti di Jawa Timur... Tapi tentu saja di sini pengajian agama Budha dan dengan bahasa Thailand.
Sepulang dari Wat Arun, kami kembali ke hotel, istirahat.
Hari kedua di Thailand ini lumayan asyik. Kami sempat pula mencicipi buah mangga yg sudah dipotong-potong,  dijual 100 bath dua buah mangga. Kalau nanas dihargai 50 Bath. Makanan dan minuman di Bangkok relatif harganya murah. Itu kalau kita tidak tertipu hahaha.
Thailand disebut negeri malaikat. Tapi.... sulit sekali menjumpai malaikat hahaha
Menurut kawan kami, yang menjadi dosen tamu di Tamashat, Raja Bhumibol Adulyaded sedang sakit. Sudah 2 tahun tidak pernah muncul ke publik. Rumor yang berkembang, sebenarnya raja sudah wafat, tapi kematiannya dirahasiakan. Pewaris kerajaan konon tidak cukup memiliki kemampuan untuk menjadi raja, jadi belum ditunjuk siapa putra mahkota. Hmmmm i dont care... itu urusan internal Thailand.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar